Harga Obat Pertanian di Kendal Turun, Apa Saja?

Harga obat pertanian di Kendal turun

0
209

Swarakendal.com : Harga beberapa jenis obat pertanian di Kabupaten Kendal pada bulan Oktober ini mengalami penurunan. Jenis obat pertanian yang harganya turun, di antaranya obat Roundup dan Gramoxone.

Pemilik toko obat pertanian di Kelurahan Kebondalem Kendal, Haji Sadat  mengatakan, sementara ini obat pertanian yang turun harga hanya dua jenis, yakni Roundup dan Gramoxone. Sedangkan jenis obat lainnya masih stabil di harga yang cukup tinggi.

Dijelaskan, harga obat Roundup sekarang 108 ribu, turun dari semula 125 ribu per liter. Namun sebelum terjadi Krisi Perang Rusia, harganya sekitar 71.500 per liter, sehingga harga sekarang masih terlalu tinggi. Gramoxone yang sebelum krisis Perang Rusia hanya 67 ribu per liter, kemudian naik menjadi 105 ribu dan sekarang turun menjadi 85 ribu per liter, juga masih terlalu tinggi.

“Harga obat dan pupuk nonsubsidi saat ini masih terlalu tinggi bagi petani. Kalau bisa ya turun lagi dan bisa diikuti oleh jenis obat pertanian lainnya,” harapnya.

Demikian pula menurut Abdul Ghofur, pemilik toko obat pertanian di Desa Wonosari Patebon, bahwa harga obat pertanian saat ini terlalu tinggi, sehingga sulit bagi petani bisa menghasilkan untung yang lumayan. Bahkan petani bisa rugi, ketika harga panen anjlok. “Kasihan petani, harga obat-obat pertanian sudah terlalu tinggi, tapi karena butuh ya tetap dibeli,” katanya.

Di tokonya, jenis obat pertanian yang harganya turun hanya Marxone, turun cukup banyak menjadi 65 – 70 ribu, dari harga sebelumnya 80 – 90 ribu per liter. Namun sebelum krisis perang Rusia, harganya hanya 60 ribu per liter. Sedangkan obat Gramoxone hanya turun lima ribu, dari 95 ribu menjadi 90 ribu per liter. Padahal sebelum krisis perang Rusia, harganya hanya 65 ribu. “Harapannya, jenis obat dan pupuk pertanian lainnya juga turun, seperti Tuntas dan Roundup, agar biar biaya produksi tidak terlalu tinggi,” ujarnya.

Tukiman, petani di Desa Bulugede Patebon mengatakan, harga obat dan pupuk nonsubsidi terlalu tinggi. Contohnya Poska sekarang masih 200 ribu, padahal dulunya sekitar 160 ribu. Demikian pula  TS, sekarang masih 210 ribu, padahal dulunya hanya 150 ribu. “Harga obat pertanian sangat tinggi, jadi ibaratnya petani berangkat ke sawah tiap hari, tapi tidak ada hasilnya,” katanya.

Tingginya harga obat pertanian dan pupuk nonsubsidi yang terlalu tinggi, membuat petani tidak bisa mendapatkan untung yang lumayan. Apalagi jika harga panen anjlok, maka petani akan merugi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan tambahkan komentar Anda!
Ketik nama anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.