Kube Srikandi Desa Purworejo Produksi Batik Daun Jati

Kube Srikandi Desa Purworejo Produksi Batik Daun Jati

0
936

Swarakendal.com : Kelompok Usaha Bersama (Kube) Srikandi yang beranggotakan ibu-ibu eks migran di Desa Purworejo Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal membuat kerajinan batik. Berbeda dengan batik pada umumnya, kerajinan Batik Srikandi ini menggunakan motif dan warna asli dedaunan.

Caranya, daun-daun yang akan dijadikan motif batik ditempelkan di lembar kain putih yang akan dibuat batik. Daun yang dipilih adalah daun yang memiliki motif unik dan memiliki warna alami, seperti daun jati dan daun koropelik. Tentunya daun yang mudah didapat di sekitar rumah, sehingga mudah mencarinya. 

Hikmah Fitria Prabandari, relawan Inspirasi Rumah Zakat yang melakukan pemberdayaan di Desa Purworejo mengatakan, pembiayaan pemberdayaan selama ini berasal dari Rumah Zakat. Usahanya tidak hanya membuat kerajinan batik, namun juga membuat aneka makanan cemilan. “Sementara ini anggotanya ada tujuh orang, semua eks migran, karena tujuannya supaya ibu-ibu ini tidak kembali bekerja ke luar negeri, maka diberdayakan dengan membentuk kelompok usaha bersama, sehingga tetap memiliki penghasilan,” katanya.

Terkait usaha batik, Hikmah mengatakan, membuat batik bermotif dan warna asli daun, karena ingin berbeda dengan batik lainnya, sehingga memiliki ciri khas sendiri. Obsesinya bisa tembus pasar luar negeri yang menyukai produk alami. “Katanya, orang-orang negara Barat itu kulitnya sensitif terhadap bahan kimia, maka kami membuat batik yang berbahan alami, harapannya nanti banyak pembeli dari luar negeri,” ujarnya.

Dikatakan, usaha batik yang sudah ditekuni dua tahun ini mengalami sepi pembeli akibat terdampak pandemi virus Korona. Sebelum ada pandemi, pemasarannya cukup lumayan walaupun masih lingkup Kabupaten Kendal. “Setelah ada pandemi, order jadi sepi, tapi masih ada beberapa yang pesan,” katanya.

Nurhayati, anggota Kube Batik Srikandi mengaku, pada awal belajar membatik, sering mengalami kesulitan, namun dengan ketekunan akhirnya bisa membatik. Ibu rumah tangga yang pernah bekerja di Hongkong  9 tahun itu pun belajar dengan pengrajin batik lain, sehingga bisa mendapat ilmu membatik yang benar. Ia berharap, pengrajin batik di Kendal bisa lebih maju dan makin dikenal oleh daerah lain. “Harapannya, supaya bisa dikenal seperti batik Solo dan Pekalongan,” harapnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan tambahkan komentar Anda!
Ketik nama anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.