Swarakendal.com : Kawasan Pemakaman Jabal Kaliwungu Kendal pada Lebaran tahun 2021 ini tampak sepi. Padahal biasanya sehari setelah Hari Raya Idul Fitri hingga sepekan ke depan ada tradisi Syawalan yang selalu ramai dikunjungi ribuan perziarah di makam para wali penyebar agama Islam di Kabupaten Kendal. Tradisi Syawalan yang sudah ada sejak ratusan tahun itu untuk memperingati Khaul Kiai Haji Asy’ari atau lebih dikenal Kiai Guru yang wafat tanggal 7 Syawal.
Pengurus dan Pengelola Makam Kiai Haji Asy’ari atau Kiai Guru di Pemakan Jabal Desa Protomulyo Kaliwungu Selatan tidak menggelar tradisi Syawalan tahun 2021, karena kondisi masih pandemi Covid-19. Para pedagang tiban yang di setiap tradisi Syawalan memenuhi kawasan pemakaman saat ini tampak sepi.
Saman, anggota Pengurus dan Pengelola Makam Kiai Haji Asy’ari mengatakan, pada Lebaran tahun ini pihak pengelola memutuskan tidak menggelar tradisi Syawalan, karena mengikuti anjuran pemerintah untuk menghindari terjadinya kerumunan massa yang sangat berpotensi terjadinya kluster penyebaran virus Korona. Namun acara Khaul Kiai Guru tetap dilaksanakan dengan menggelar tahlil yang hanya diikuti ulama dan tokoh masyarakat setempat. “Pada Khaul Kiai Guru atau Syawalan tahun ini tidak mengundang Bupati dan para ulama, karena tidak menggelar tradisi Syawalan,” jelasnya, Jumat (14/05/2021).
Pemakaman Waliku di Desa Kutoharjo Kecamatan Kaliwungu yang masih satu kawasan pun tampak sepi. Tidak ada keramaian para pedagang tiban yang biasanya memenuhi sekitar area makam. Setiap tradisi Syawalan biasanya ramai dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah, namun tahun ini yang terlihat hanya hanya peziarah dari masyarakat sekitar.
Saman mengatakan, masyarakat yang berziarah tetap ada, tetapi hanya dari masyarakat sekitar. Ia berharap pandemi segera berakhir, sehingga pada Lebaran tahun depan bisa menggelar tradisi Syawalan yang bisa dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah. “Yang datang di tradisi Syawalan tidak hanya warga Kaliwungu atau Kendal, tetapi dari luar daerah Kendal juga banyak,” ujarnya.
Peziarah dari desa sebelah, Khoirudin mengatakan, sudah rutin tiap Syawalan berziarah di Makam Kiai Guru. Ia datang dengan warga sekampung dari Desa Magelung melakukan tahlil dan doa bersama. “Kami rutin berziarah tiap Syawalan dan kadang malam Jumat Kliwon,” katanya.
Tradisi Syawalan sudah ada sejak ratusan tahun lalu untuk memperingati Khaul Kiai Guru, salah satu tokoh penyebar agama Islam di Kabupaten Kendal. Menurut cerita, awalnya hanya dilakukan oleh keluarga Kiai Guru, kemudian diikuti para santri dan warga sekitar hingga menjadi tradisi yang dikunjungi ribuan peziarah dari berbagai daerah. Tujuannya untuk mendoakan para wali dan tokoh penyebar agama Islam lainnya yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di Kabupaten Kendal.