Masyarakat harus belajar sejarah perjuangan bangsa, supaya mengetahui betapa beratnya para pejuang dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan demi negara kesatuan Republik Indonesia. Pesan Presiden RI Joko Widodo ini disampaikan oleh Wakil Bupati Kendal Masrur Masykur pada upacara peringatan Hari Bela Negara di Alun-alun Kendal Senin (19/12/2016). Upacara Hari Bela Negara ini dihadiri pegawai negeri, TNI, Polri, ormas, mahasiswa dan pelajar.
“Peringatan Hari Bela Negara tanggal 19 Desember 2016, melalui tema “Indonesiaku Tercinta, kan Kubela Sepanjang Masa” ini diharapkan mampu menjadi media dalam rangka meningkatkan dan menggugah kesadaran bela negara seluruh bangsa Indonesia. Selain itu, mewujudkan pembangunan karakter bangsa Indonesia sebagai potensi dalam pembangunan sistem pertahanan negara yang bersifat semesta,”ucapnya.
Pada upacara Hari Bela Negara ini dibacakan ikrar Bela Negara, yaitu bahwa sebagai warga negara Indonesia harus menyadari sepenuhnya, bahwa dalam rangka menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa demi kelangsungan hidup NKRI, maka masyarakat Indonesia harus berjanji untuk selalu bertindak dan berperilaku, yaitu mencintai tanah air, memiliki kesadaran berbangsa, dan bernegara, yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara, rela berkorban bagi bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan dasar bela negara.
Pada masa mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Kota Bukitinggi berperan sebagai kota perjuangan dan ditunjuk sebagai Ibu Kota Negara Indonesia setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda atau dikenal dengan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dibentuk pada 19 Desember 1948 di Bukittingi, Sumatera Barat oleh Syafruddin Prawiranegara.
Peristiwa ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Bela Negara, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia tanggal 18 Desember 2006. Untuk mengenang sejarah perjuangan Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI), pemerintah Republik Indonesia membangun Monumen Nasional Bela Negara di salah satu kawasan yang pernah menjadi basis PDRI dengan area seluas 40 hektare, tepatnya di Jorong Sungai Siriah, Nagari Koto Tinggi, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.