Teater Semut Kendal masih banyak Penggemar

Teater Semut Kendal pentas naskah Banjaran Rama Bergawa

0
958
Teater Semut Kendal ternyata masih terkenal. Hal ini bisa dilihat saat pentas di Aula Gedung NU Kendal, Sabtu (12/10/2019) malam yang banyak mendapat penonton. Ratusan penonton yang menyaksikan pentas berjudul Banjaran Rama Bergawa itu cukup beragam, mulai kalangan pelajar, mahasiswa, pekerja maupun yang sudah berkeluarga.

Keberadaan Teater Semut yang sudah berjalan puluhan tahun itu tidak lepas dari semangat para senior yang masih aktif berteater. Walaupun mereka disibukkan dengan urusan pekerjaan dan mengurus keluarga, namun masih menyempatkan untuk bermain teater. Pada pentas naskah adaptasi monolog karya Budi Bodhot Riyanto itu personil yang terlibat banyak yang sudah berkeluarga. Seperti Yuyun Khoirunnisa, selaku sutradara sekaligus penulis naskah yang dalam kondisi hamil, namun semangatnya luar biasa. Demikian pula Jeng Is yang memerankan ibu, sambil momong anaknya juga masih semangat berteater. Demikian pula personil lainnya, seperti Ian Sofyan yang disibukkan dengan pekerjaan di sekolah sebagai seorang guru.
Pentas berdurasi sekitar 50 menit, selain sutradara Yuyun dan Jeng Is, didukung pemain lainnya, yakni Syukron Mubarok, Yanuar Zustiadi dan Ika Nova Aromawati. Didukung personil lain untuk tugas artistik oleh Alya Falikhah Fatin dan tugas ilustrasi oleh Joni Aribowo.
Naskah Banjaran Rama Bergawa berkisah tentang tragedi keluarga seorang algojo. Seorang algojo di kerajaan yang sudah disumpah harus memegang tugas yang diembannya. Tidak boleh pandang bulu terhadap siapa pun yang bersalah, maka harus berani mengeksekusi, sekali itu sahabat ataupun kerabat. Namun cerita berkata lain tatkala yang harus dihukum adalah ibu kandung sendiri, karena positif berbuat kesalahan besar. Sebagai seorang anak, tentu tidak akan sanggup menyakiti ibu yang telah melahirkan dan mengasuh hingga dewasa, apalagi harus membunuhnya, walaupun merupakan tugas yang harus dilakukan.
Si Algojo pun tak sanggup untuk melaksanakan tugas beratnya. Akhirnya mengambil siasat, si ibu disuruh meninggalkan rumah untuk pergi ke tengah hutan yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Namun, justru si ibu yang merasa bersalah, karena anak kandung yang disayanginya tidak bisa melaksanakan kewajibannya yang merupakan tugasnya. Akhirnya pada puncak tragedi, si ibu memilih untuk bunuh diri.
Terkait dengan pementasan ini, menurut Kelana, seniman Kendal, bahwa pementasan kali ini bagus. Para pemain berhasil membawa suasana yang benar-benar sebuah tragedi. Demikian pula ilustrasi musik, walaupun sederhana, namun menyentuh hati dan pas dengan ceritanya. “Aku suka dengan pentas ini, cerita tragedinya dapat membuat penonton ikut terbawa kisahnya,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan tambahkan komentar Anda!
Ketik nama anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.