Kasus DBD di Kendal masih cukup tinggi

Kasus DBD di Kendal masih cukup tinggi

0
980

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Kendal selama tahun 2020 di tengah pandemi covid-19 ternyata cukup tinggi, hingga mencapai 146 kasus sepanjang 2020. Sebagian besar dialami oleh perempuan sebanyak 84 pasien, sedangkan laki-laki sebanyak 62 pasoen. Jumlah ini mengalami lonjakan tajam pada 4 bulan terakhir saat pandemi covid-19 datang. Jumlah itu mendekati jumlah pasien positif covid-19 saat ini di Kabupaten Kendal yang mencapai 171 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kendal, Ferinando Rad Bonay mengatakan, pada masa pendemi covid-19, pihaknya tetap mewaspadai adanya lonjakan kasus DBD. Lonjakan kasus DBD terjadi karena beberapa faktor, yakni selain siklus musim penghujan yang belum selesai, juga dipengaruhi turunnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
“Kita tahu semua berkonsentrasi pada penanganan covid-19. Namun kita tidak boleh melupakan kasus DBD, hingga kini sudah cukup besar warga Kendal yang terkena DBD dan harus mendapatkan perawatan,” katanya di kantor, Kamis (23/7/2020).

Ferinando menjelaskan, kasus DBD paling banyak terjadi ada April sebanyak 35 kasus, sedangkan pada Mei sebanyak 22 kasus dan Juni sebanyak 14 kasus baru. Sementara kasus DBD baru sepanjang Juli bertambah 5 kasus dari 21 kasus demam dengue (DD). “Jika dibanding tahun 2019, ada sedikit peningkatan. Hanya saja di 2020, jumlah kasus DD tembus 509 orang, sedangkan yang terkonfirmasi DBD 146 orang,” tuturnya.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes Kendal, Muntoha, mengatakan kasus terbanyak terjadi di 5 kecamatan. Meliputi Kecamatan Boja, Kaliwungu, Pegandon, Rowosari dan Kota Kendal. Pihaknya terus mengupayakan penanganan kasus DBD semaksimal mungkin sehingga tidak menyebabkan kematian. “Tahun ini tidak ada pasien DBD yang meninggal, sedangkan tahun kemarin terdapat 1 pasien DBD yang meninggal,” terangnya.

Muntoha menambahkan, sebagian besar yang terserang DBD usia anak-anak hingga remaja mulai dari 5 sampai 15 tahun. Hal tersebut kemungkinan karena mobilitas jelajah anak yang tinggi serta kurangnya berperilaku dan menjaga kebersihan lingkungan. Menurutnya, cara yang paling efektif mencegah penyebaran DBD adalah dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), seperti rajin menguras bak mandi dan menjaga kebersihan lingkungan supaya tidak ada genangan air.
“Yang paling efektif ya gerakan PSN bersama, karena bisa memberantas nyamuk dewasa sampai jentik-jentik nyamuknya, tetapi kalau fogging hanya bisa membunuh nyamuk dewasa. Oleh karena itu fogging hanya dilakukan jika ditemukan kasus pasien DBD. Warga juga bisa menggunakan obat pembasmi larva atau Abate yang tersedia gratis di puskesmas,” tuturnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan tambahkan komentar Anda!
Ketik nama anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.