Swarakendal.com : Warga Dusun Mangli bersama perangkat desa dan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) kelompok 73 menggelar tradisi Nyadran di Makam Kyai Tlisik pada 14 Februari 2025. Kegiatan ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan, sekaligus sebagai momen untuk mendoakan para leluhur desa serta mempererat tali silaturahmi antara masyarakat, perangkat desa, dan mahasiswa KKN.
Acara ini dihadiri oleh perangkat Desa Pagertoyo, mahasiswa KKN UPGRIS kelompok 73, serta tokoh masyarakat setempat. Dalam kegiatan tersebut, peserta bersama-sama melantunkan doa untuk para leluhur, khususnya Mbah Kyai Tlisik, yang diyakini sebagai tokoh penting dalam sejarah Dusun Mangli. Selain itu, mereka juga berdoa untuk keluarga masing-masing yang telah berpulang.
Sekretaris Desa Pagertoyo, Firin, menyampaikan, tradisi nyadran ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga wadah untuk memperkuat hubungan antara perangkat desa dengan masyarakat. Kegiatan nyadran ini adalah bentuk syukur kepada Tuhan dan ajang mempererat silaturahmi antarperangkat desa dan mahasiswa KKN. “Selain mendoakan leluhur, kami juga mengadakan kegiatan ramah tamah di rumah saya,” katanya.
Yanah, salah satu tokoh masyarakat, menambahkan bahwa nyadran menjadi pengingat bagi generasi muda akan pentingnya menghormati para pendahulu. Kegiatan nyadran ini untuk mengingatkan kepada leluhur Dusun Mangli, Mbah Kyai Tlisik. “Kita harus mendoakan leluhur agar mereka mengetahui rasa syukur kita di dusun ini,” ungkapnya.
Sena Widya, selaku koordinator desa KKN UPGRIS kelompok 73, turut mengungkapkan rasa terima kasihnya atas kesempatan yang diberikan oleh perangkat desa untuk ikut serta dalam tradisi ini. Selain mendoakan, juga beramah-tamah bersama perangkat desa. “Kami sangat berterima kasih kepada perangkat desa yang selalu mengajak kami dalam setiap kegiatan, salah satunya nyadran ke leluhur desa,” ujarnya.
Usai prosesi doa bersama di makam Kyai Tlisik, acara dilanjutkan dengan kegiatan ramah tamah di rumah Sekretaris Desa, yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa KKN untuk lebih mengenal masyarakat setempat. Tradisi nyadran ini menjadi bukti bahwa nilai-nilai budaya dan spiritual tetap lestari di tengah kehidupan modern, sekaligus mempererat hubungan antara mahasiswa KKN dan masyarakat Dusun Mangli. (FA)