Pengelola Desa Wisata harus Sajikan Keunikan Wisata

Bimtek desa wisata di Kendal

0
236
Swarakendal.com : Pengelola desa wisata harus memikirkan keunikan dan otentisitas sebagai daya tarik wisatawan. Hal ini disampaikan Robertmi Jumpakita Pinem, Dosen Administrasi Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, saat menjadi narasumber Bimbingan Teknis Strategi Pemasaran Pariwisata Nusantara melalui Promosi Desa Wisata yang digelar di wisata Pantai Indah Kemangi Kendal, Jumat (16/5/2025).
Robertmi mengatakan, pengelola Desa Wisata, juga harus melibatkan masyarakat lokal dan menjaga kelestarian lingkungan dan budaya. Selain itu harus manfaatkan teknologi digital untuk mempromosikan melalui konten-konten yang menarik di media sosial. “Manajemen juga harus bagus dan dikelola secara profesional,” katanya.
Kegiatan ini diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf)  berkolaborasi dengan Komisi VII DPR RI dan Dinas Pariwisata Kabupaten Kendal. Pesertanya adalah pengurus Ekonomi Kreatif (Ekraf), pengurus Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD), pengelola wisata dan para Pegiat Wisata Desa.
Anggota Komisi VII DPR RI, Samuel Wattimena mengatakan  desa wisata tidak perlu bersaing dengan desa wisata lain. Namun harus terus mengembangkan desa wisatanya agar semakin bagus dan menarik. “Pengelola harus fokus menjadikan desa wisata semakin hari semakin bagus,” ujarnya.
Samuel juga menyarankan ada homestay, karena akan menjadikan keunikan tersendiri. Tujuannya agar pengunjung bisa menjadi bagian dari desa wisata. Dengan demikian masyarakat desa bisa terlibat aktif memajukan desa wisata. “Homestay itu supaya pengunjung bisa menyatu dengan masyarakat desa wisata,” katanya.
Asisten Deputi Pemasaran Pariwisata Nusantara, Erwita Dianti mengatakan, salah satu program Kemenparekraf adalah mendorong, agar wisata desa menjadi tujuan wisata edukasi. Tujuannya agar pengunjung wisata, terutama anak-anak sekolah dan mahasiswa bisa belajar banyak hal, seperti kesenian dan budaya lokal atau produk-produk lokal lainnya. “Pengunjung tidak hanya foto-foto, tapi bisa belajar cara membuat makanan, ikut bertani atau belajar kesenian, sehingga maka akan menggerakkan perekonomian desa wisata,” jelasnya.
Pada akhirnya, desa wisata harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik masyarakat setempat, pemerintah daerah, pelaku usaha maupun pihak lainnya. Dengan kolaborasi ini, maka akan tercipta ekosistem pariwisata yang menjadikan desa wisata semakin maju dan berkembang. (FA)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan tambahkan komentar Anda!
Ketik nama anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.