PENYELENGGARAAN PIALA DUNIA 2022 DI QATAR BERTAJUK “MULTIKULTURALISME”

Pro kontra negara Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia

0
2411
Swarakendal.com : Permainan sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang paling digemari di seluruh dunia. Berbagai ajang kompetisi diselenggarakan. Tahun ini digelar perhelatan sepak bola paling akbar. Qatar menjadi tuan rumah pertama penyelenggara piala dunia “FIFA WORLD CUP” di bumi Timur Tengah. Dilakukan penyiaran langsung dari Al Khor, Al Rayyan, Al Wakrah, Doha, danqan Rusail. Diikuti perwakilan dari 32 Negara yang terbagi dalam 8 grub.
Sebelumnya Qatar sebagai tuan rumah penyelenggara mendapatkan pertentangan dari beberapa negara. Adanya protes terkait dengan kebijakan yang ditegakan oleh pihak kerajaan. Sebagai negara muslim kerajaan menentang kampanye hubungan sesama jenis “one Love”. Sehingga dianggap melanggar hak asasi manusia. Kerajaan juga melarang minuman keras dan wanita berpenampilan terbuka saat menonton pertandingan.
Tuan rumah Qatar dikritik atas penolakannya terhadap LGBTQ dan perlakuan terhadap pekerja migran. Memicu beberapa para pemain untuk membuat protes damai selama putaran final piala dunia berlangsung. Dimulai sejak 20 November 2022. Harry Kane dari Inggris dan Sembilan kapten tim Eropa lainnya akan mengenakan pita lengan “one love”. Sebagai bentuk dukungan LGBTQ dan kebebasan. Ini bertolak belakang dengan budaya tuan rumah penyelenggara.
‌Aksi protes juga dilakukan dari tim nasional Denmark yang akan menggunakan kaos yang tidak mencolok. Disampaikan Hummel selaku penyedia kaos timnas Denmark bahwa penggunaan kaos tidak mencolok sebagai aksi memprotes Qatar yang diklaim “telah menelan ribuan nyawa untuk pengadaannya”.  Kemudian timnas Australia yang membuat video untuk mendesak Qatar menghapus Undang-Undang larangan sesama jenis. Seluruh kota di Perancis menolak untuk menayangkan pertandingan piala dunia Qatar di tempat umum, meskipun Perancis menjadi juara bertahan.
‌Pertentangan ini tidak ada yang salah dan benar. Masing-masing memiliki landasannya sendiri. Kerajaan Qatar membuat aturan sesuai dengan akidah agama dan budaya Timur Tengah yang harus dihargai. Begitu juga dengan para pemain dari berbagai belahan dunia yang memiliki perbedaan pandangan dan budayanya. Mereka butuh dihargai dan diterima baik.
‌Menurut para pemain “kami melakukan hal-hal kecil seperti itu untuk mencoba menunjukkan semua orang bahwa kita semua adalah satu”. Kita semua Inklusif. Itu sebabnya pita lengan “one love” kita pasangkan di lengan kapten. Apa yang dilakukan oleh tuan rumah adalah hal yang benar. Kecuali semua orang tidak hadir. Maka tidak peduli apa yang orang katakan. Itu tidak akan pernah cukup.
‌Sebagian masyarakat Eropa yang mendukung LGBTQ menganggap bahwa Qatar bukan tempat yang tepat untuk penyelenggaraan turnamen. Sungguh hal yang mengecewakan ajang kompetisi sepak bola terbesar diselenggarakan di daerah muslim.  Memiliki aturan yang ketat dan tidak sesuai dengan kehidupan budaya negara lain.
‌Abdullah Al Nasari dari Kepala Keamanan Piala Dunia 2022 Qatar mengungkapkan “Jika anda ingin mengekspresikan pandangan tentang LGBTQ, lakukan di masyarakat yang akan menerimanya. Jangan datang dan menghina seluruh masyarakat. Kami tidak akan mengubah agama selama 28 hari”. Sikap tegas Abdullah menyiratkan bahwa tuan rumah tidak menentang pandangan LGBTQ secara universal. Namun tidak mengijinkan  untuk ditampilkan atributnya di tempat penyelenggaraan kompetisi. Sebagai bentuk saling menghargai.
Penyelenggara Piala Dunia Qatar menyatakan “semua orang dipersilahkan untuk berkunjung menonton sepak bola dan tidak seorang pun akan didiskriminasi. Sebanyak tujuh stadium baru telah dibangun. juga  bandara, jalan dan seratus hotel dipersiapkan. Qatar menyiapkan dengan sangat baik.
‌Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia termahal sepanjang sejarah. Dengan anggaran yang dihabiskan 33000,400 Triliun. Fasilitas yang bagus dengan ornamen Islami melukiskan keindahan dan keramahan umat muslim. Memperkenalkan budaya kepada pengunjung. Salah satunya dengan adanya tempat wudhu dan sholat di stadiun. Menyiapkan 2000 pendakwah dari kalangan laki-laki maupun perempuan. Untuk memperlihatkan pandangan-pandangan kebaikan tentang Islam. Dan melarang membawa minuman alcohol, seks bebas, dan menolak LGBTQ.
‌Pemerintahan Qatar dan FIFA menjamin keselamatan, keamanan, dan penyertaan semua penggemar sepakbola yang melakukan perjalanan ke Piala Dunia. FIFA meminta negara-negara yang berlaga agar fokus pada sepak bola. Setiap negara memiliki masalah dan pertentangan. Namun keragaman adalah kekuatannya.  Keragaman dan toleransi bagian dari mendukung hak asasi manusia yang bersifat universal dan berlaku dimanapun.
‌Menteri Luar Negeri Qatar menanggapi kritik kepada negaranya sebagai tuan rumah Piala Dunia bahwa protes itu tidak dianggap mewakili seluruh dunia. Presiden FIFA Gianni Infantino mendesak agar sepak bola tidak diseret ke dalam pertempuran ideologis ataupun politik yang ada. Seharusnya sepak bola jangan memberikan pelajaran moral. Kami percaya pada kekuatan sepak bola untuk memberikan kontribusi positif terhadap perdamaian dunia.
‌FIFA berupaya menghormati semua pendapat dan keyakinan. Tidak ada satu orang atau budaya atau bangsa yang “lebih baik” dari yang lain. Prinsip ini menjadi kunci dari sikap saling menghormati dan tidak adanya diskriminasi. Biarkan sepak bola yang menjadi pusat perhatian. Sambutlah semua orang tanpa memandang latar belakang, asal, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan kebangsaan.
‌FIFA kemudian mencetuskan slogan Piala Dunia “Multikulturalisme, Keragaman, dan Perdamaian”. dan menunjuk Jeon Jungkook personil BTS untuk menyanyikan soundtrack Piala Dunia duet bersama Fahad AL Kubaisi penyanyi kelahiran Qatar. Dengan lirik perpaduan Bahasa Inggris dan Arab. Duet yang apik sebagai opening ceremony FIFA World Cup di Qatar.
‌Lagu berjudul “Dreamers” ditujukan sebagai perayaan para pemain sepak bola yang berhasil bermain di Piala Dunia. Dreamers maksudnya adalah para pemimpi. Orang yang memiliki kepercayaan akan potensi yang dimiliki dan harapan yang akan dicapai.  Lagu yang menggerakkan semangat dan menggugah untuk Respect  kepada semua manusia. Mengajak siapapun baik pemain atau suporter sepak bola. untuk saling menghormati dan menikmati pesta sepak bola yang meriah ini. Dengan harapan sepak bola dapat menjadi alat penghubung bangsa-bangsa. Menyatukan perbedaan dan menciptakan perdamaian dunia.
Oleh : Siti Choiriyah (Mahasiswa Magister Sains Psikologi Unika Soegijapranata Semarang)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan tambahkan komentar Anda!
Ketik nama anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.