PT PLN Area Semarang melakukan program “PLN Mengajar” di SDN 3 Bleder, Desa Kartikajaya Patebon. Materinya tentang menciptakan lingkungan sehat dan Reduce, Reuse dan Recycle (3R). Yakni dengan mengolah dan memanfaatkan barang bekas menjadi barang bernilai guna. Mereka juga diajak untuk ikut peduli lingkungan dengan menanam 5.000 mangrove di lahan tambak yang tak jauh dari Pantai Kartikajaya dan lingkungan sekolah. Pasalnya selama ini sekolahan tersebut kerap terdampak air laut pasang.
Manajer PT PLN Area Semarang, Donny Ardiansyah, mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian PT PLN di dunia pendidikan terutama memberdayakan anak sekolah untuk peduli dengan lingkungan. Menurutnya pohon bakau ini tidak hanya menahan abrasi dan air pasang, namun juga berdampak ke perekeonomian warga sekitar. Tidak hanya memanfaatkan barang bekas, namun, siswa-siswi juga diajak menaman pohon mangrove agar abrasi dan air pasang bisa terhalang, mengingat sekolah ini dekat sekali dengan pantai. “Program ini terus galakan tidak hanya di sini, namun juga di sekolah lainnya, seperti di Semarang. Dengan melihat ketebatasan dari sekolah ini. Melalui CSR PLN siap memberikan bantuan,” katanya.
Kepala SDN 3 Bleder, HM Tumonjo mengaku senang dengan kegiatan PLN Mengajar atau mengedukasi yang diadakan PLN Area Semarang. Karena kegiatan tersebut mampu membuat para siswa bisa mengikuti kegiatan outing class dengan penuh keseruan. Menurutnya bahwa dahulunya di area sekitar sekolah dikelilingi oleh hamparan tumbuhan nan hijau. Namun saat ini sudah berubah dikelilingi oleh daratan tandus serta tambak udang dan ikan. Apabila air laut naik maka halaman sekolah sering tergenang air laut. Hal itu dapat membuat bangunan dinding mudah rusak dan perabotan lainnya. Untuk perbaikannya pihaknya mengalami keterbatasan. “Usaha kami, membuat kolam penampungan air sendiri agar air laut tidak langsung menggenangi ruang kelas maupun lapangan,” tandasnya.
Sementara itu, Kades Kartikajaya, Budi Hartono, mengatakan, abrasi laut yang semakin tahun semakin membesar mengubah kehidupan warga Desa Kartikajaya. Dulu desa ini sempat menjadi sentra penghasil buah mangga di Kabupaten Kendal, Namun kini banyak dipenuhi hamparan tambak. Tanah di desa itu sering digenangi oleh air laut membuat tanah itu tak sesubur pada sedia kala. “Hanya pohon bakau dan pohon pantai yang dapat bertahan di tanah dengan kadar garam yang tinggi itu,” katanya.
Lambat laun produksi mangga menjadi turun karena diterjang air laut yang semakin sering dan akhirnya membuat tanaman menjadi mati. Meski saat ini masih banyak pohon mangga yang masih berdiri tegak namun hal itu tidak dapat membuat Desa Kartikajaya menjadi sentra mangga. “Ar laut yang naik kepemukiman dipandang warga hal biasa. Kami kewalahan menangani air laut itu, mulai dari upaya penanaman bakau hingga membangunan talut untuk menghalau air telah kami lakukan,” tukasnya