SMA Negeri 1 Kendal melaunching Program Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) pada Rabu 11 Desember 2019. Launching ditandai dengan pembukaan Cafe Ceria, yaitu ruang dan taman baca yang dibuat seperti cafe.
Launching menghadirkan pejabat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah, DP3AP2KB Jawa Tengah, Kantor BKKBN Jawa Tengah, DP2KBP2PA Kendal, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kendal, BNNK Kendal, Dispendukcapil dan Forkopimcam Patebon.
Kepala SMA Negeri 1 Kendal, Yuniasih mengatakan, konsep dasar Sekolah Siaga Kependudukan adalah mengintegrasikan isu-isu kependudukan ke dalam pembelajaran di sekolah. Isu-isu kependudukan di antaranya pengetahuan tentang bahaya pernikahan dini, reproduksi, bahwa sex bebas serta bahaya narkoba dan pengetahuan yang berkaitan dengan remaja. “Materi tersebut bisa disampaikan oleh para guru sebagai materi tambahan, juga melalui buku-buku bacaan yang telah disediakan,” katanya.
Cafe Ceria dilengkapi dengan panggung kecil dan dihiasi gambar, poster yang bertuliskan pesan-pesan mendidik. Selain itu juga dilengkapi buku-buku bacaan yang berkaitan dengan kehidupan remaja. Juga ada Taman Baca yang dilengkapi dengan permainan edukasi.
Yuniasih mengatakan, konsepnya dibuat seperti cafe, karena cafe merupakan tempat yang digemari anak-anak muda, sehingga bisa menjadi tempat yang disukai para siswa untuk membaca buku ketika waktu luang atau di luar jam pelajaran sekolah. “Tujuannya agar para memahami tentang isu-isu kependudukan, sehingga tidak akan terjerumus ke hal-hal yang tidak baik,” katanya.
Salah satu siswa, Zahra Salsabila mengaku senang dengan adanya Program SSK berupa Cafe Ceria dan Taman Baca Kependudukan. Pasalnya, tempat tersebut cocok untuk tempat istirahat sambil membaca buku.
“Menurut saya, tempatnya nyaman dan menarik,” ujarnya.
Program SSK melibatkan guru dan kader PIC Remaja yang bertugas melayani para siswa yang berkunjung ke Cafe Ceria. Kader PIC Remaja juga membantu melakukan sosialisasi dan melayani konsultasi tentang permasalahan remaja.
Kabid Litbang BKKBN Provinsi Jawa Tengah, Sarmini mengatakan, bahwa sampai saat ini masih banyak terjadi pernikahan dini. Hal ini bisa diakibatkan karena pergaulan bebas dan kurang pahamnya tentang dampak buruk pernikahan dini. “Peran sekolah sangat diharapkan dalam membentuk perilaku anak dan memberikan bekal supaya menjadi generasi yang berkualitas,” katanya.