Desa Kedunggading Rintis Program Kampung Iklim

Desa Kedunggading Rintis sebagai Desa Proklim

0
975
Desa Kedunggading Kecamatan Ringinarum mulai merintis sebagai Desa Program Kampung Iklim (Proklim). Rintisannya diawali di Dusun Tapak Timur dengan membentuk Bank Sampah Budi Luhur dengan metode komposter. Tak hanya itu, pemerintahan desa juga bertekad akan menjadikan desa sebagai kampung bebas plastik. Launching Bank Sampah Budi Luhur dan Deklarasi Proklim di Dusun Tapak Timur dilakukan pada Senin (9/3/2020).
Kegiatan dihadiri Tim Proklim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kendal. Selain warga, launching juga dihadiri oleh perwakilan dari pondok pesantren. Karena ponpes salah satu penyuplai sampah di Dusun Tapak Timur.
Kepala Desa Kedunggading, Budiono, mengatakan, keberadaan bank sampah ini bagian dari upaya mengurangi volume sampah di Kabupaten Kendal.
Di sisi lain bisa meningkatkan kepedulian masyarakat untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat dan bersih. Masyarakat juga punya nilai tambah, karena sampah-sampah yang sudah dipilah-pilah akan dibeli oleh bank sampah. “Untuk kardus Rp 1.000 per Kg, plastik Rp 1.500 per Kg, Besi Rp 2.600 per Kg dan botol Rp 600 per Kg,” katanya.
Budiono mengatakan, bahwa permasalahan sampah merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, dalam hal pendanaan, tidak hanya mengandalkan  anggaran desa yang jumlahnya terbatas. Warga juga ikut menyokong melalui program jimpitan. “Ember sampah tidak disediakan dari dana desa. Yang disediakan dari dana desa hanya komposternya. Tiap RT kita droping dua komposternya,” ungkapnya.
Budiono, menyatakan, pengelolaan sampah melalui bank sampah dan sekaligus mengolahnya menjadi kompos ini bertujuan untuk membudayakan masyarakat peduli lingkungan. Tujuannya untuk merubah pola pikir agar tidak membuang sampah sembarang tempat.
“Kita semua yang akan merasakan dampaknya, jika sampah dibuang sembarangan. Makanya kami galakkan terus supaya warga semakin bersemangat peduli lingkungan,” terangnya.
Kasi Pemeliharaan Lingkungan pada DLH Kendal, Siti Zaenun, mengatakan, kegiatan Proklim di DLH sinergi dengan kegiatan yang lain yang semua bermuara pada pembudayaan untuk menanamkan rasa cinta lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat. Ada Proklim untuk desa-desa dan program adiwiyata di sekolah-sekolah sebagai upaya menanamkan cinta lingkungan sejak usia dini.
“Penananam cinta lingkungan dilakukan ke anak SD hingga SMA/SMK. Agar anak didik terbiasa mencintai llngkungan dan peduli,” katanya.
Pihak DLH mengapresiasi keberadaan bank sampah dan pengelolaan sampah dengan metode komposter ini. Pasalnya bisa meminimalisir tumpukan sampah yang dibuang. Sebab, masalah yang paling komplek saat ini antara lain soal sampah.
“Syukur kalau sampah yang dibuang dari desa ini tidak ada. Sehingga yang ada di TPA tidak semakin tinggi gunungan sampahnya. Kalau kita mulai dari diri kita dan lingkungan juga dari desa maka akan banyak berperan bagi lingkungan kita,” tandasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan tambahkan komentar Anda!
Ketik nama anda di sini

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.